Proposal PTK IPS


BAB I   
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut kodratnya manusia adalah makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama dengan manusia lainnya....
Hubungan masyarakat yang telah ada sejak manusia lahir dan selalu menampakan dirinya dalam berbagai bentuk, karena itu dengan sendirinya manusia akan selalu bermasyarakat dalam kehidupannya. Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, juga karena pada diri manusia ada dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang lain, manusia juga tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau tidak hidup di tengah-tengah manusia. Dengan demikian sebagai makhluk sosial, manusia harus mengembangkan karakter sosial dalam diri melalui pendidikan dan pembelajaran.
1
 
Pengembangan karakter atau kepribadian sosial seyogyanya di bina sejak dini. Untuk itu pembelajaran IPS di SD sanagat penting untuk pembinaan generasi penerus usia dini agar memahami potensi dan peran dirinya dalam berbagai tata kehidupannya, menghayati keharusan dan pentingnya bermasyarakat dengan penuh rasa kebersamaan dan kekeluargaan serta mahir berperan di lingkungannya sebagai insan sosial dan warga negara yang baik. Untuk itulah dalam pengajaran IPS harus dapat membawa anak didik kepada kenyataan hidup yang sebenarnya yang dapat dihayati mereka, ditanggapinya, dianalisisnya akhirnya dapat membina kepekaan sikap mental, ketrampilan dalam menghayati kehidupan yang nyata ini.

Melalui pengajaran IPS seperti yang digambarkan di atas diharapkan terbinanya sikap warga negara yang peka terhadap masalah sosial dan  membantu anak untuk mengenal hubungan manusia dengan lingkungan sekitarnya. Dengan demikian pembelajaran IPS seharusnya menjadi dasar dalam pembentukan keterampilan-keterampilan sosial, karena IPS merupakan pelajaran yang memadukan sejumlah ilmu-ilmu  sosial yang mempelajari kehidupan sosial, yang didasarkan pada kajian geografi, ekonomi, sosiologi, tata negara dan sejarah.
Pembelajaran IPS di sekolah seharusnya dilaksanakan dengan melibatkan langsung peserta didik terhadap masalah-masalah sosial, sehingga menjadikan pembelajaran bermakna. Kenyataannya pembelajaran IPS biasa diajarkan secara konvensional hampir di setiap sekolah dasar, dengan metode klasik, seperti ceramah dan diskusi kelompok, yang pada umumnya kurang melibatkan peserta didik secara langsung dalam penyelesaian masalah sosial, sehingga menciptakan kejenuhan dalam lingkungan belajar. Pada prosesnya, pembelajaran macam ini kurang membentuk sikap antusias pada diri siswa. Siswa cenderung bosan dan kurang memahami dengan hanya mendengarkan dan mendengarkan. Dan hal tersebut menyebabkan kurangnya pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran.
Dengan kurangnya pemahaman peserta didik terhadap materi pembelajaran menyebabkan hasil belajar peserta didik tidak maksimal dan tidak mencapai ketuntasan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu diperlukan suatu strategi lain untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik. Salah satunya adalah dengan melibatkan langsung peserta didik dalam pembelajaran dengan model pembelajaran kontekstual. Mode pembelajaran ini sangat berhubungan dengan pembelajaran IPS karena memberikan pengalaman langsung kepada peserta didik terhadap masalah-masalah sosial yang ada di masyarakat.
Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti merasa perlu diadakan suatu penelitian tindakan kelas yang berjudul “Meningkatkan Hasil Belajar IPS Kelas V A dengan Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual di SDN 005 Nunukan”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut:
“Bagaimanakah Model Pembelajaran Kontekstual dapat meningkatan hasil belajar IPS Kelas V A di SDN 005 Nunukan ?”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan peningkatan hasil belajar IPS Kelas V A dengan penerapan model pembelajaran kontekstual di SDN 005 Nunukan

D. Manfaat Penelitian
Peneltian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1.    Peneliti
Menambah wawasan dan pengetahuan dalam bidan peneltian terutama penelitian tindakan kelas.
2.    Siswa
a)    Meningkatkan hasil belajar siswa
b)    Siswa termotivasi dalam belajar
3.    Guru
a)    Mempermudah dalam menyampaikan materi pembelajaran
b)    Sebagai alternatif model dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas
4.    Sekolah
a)    Sekolah lebih banyak memiliki referensi penelitian dibidang pembelajaran
b)    Meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah SDN 005 Nunukan


BAB II 
KAJIAN TEORI

A.   Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan puncak kita melakukan proses belajar mengajar, sebab dengan hasil belajar maka guru dapat menyimpulkan berhasil tidaknya pencapaian tujuan yang diinginkan oleh seorang guru.
Gane (Suwati 2010:8) mengungkapkan hasil belajar dapat dikategorikan menjadi lima yakni: keterampilan intelektual (intelectual skills), informasi verbal (verbal information,), strategi kognetik (Cognetive strateges), ketrampilan motorik (motor skills) dan sikap (attitudes).
Senada dengan hal tersebut Romiszowski (Uno, H.B 2007:210) mengemukakan bahwa asil belajar diktegorikan menjadi empat macam yakni: keterampilan kognitif, keterampilan afektif, keterampilan psikomotor, dan keterampilan interaktif.
5
 
Dari beberapa pendapat ahli dapat di ambil kesimpulan bahwa hasil belajar adalah hasil dari proses belajar mengajar antara lain berupa keterampilan kognitif, keterampilan afektif, keterampilan psikomotor, dan keterampilan interaktif. Kemampuan interaktif merupakan kemampuan seseorang untuk berinterkasi dengan orang lain, keterampilan ini mengandung unsur sikap, yang menuntun orang agar dapat menerapkan pengetahuan dasar dan keterampilan fisiknya pada situasi tertentu.
B.   Hakekat Pembelajaran IPS
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai.
Di masa yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis.
Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan.
Pada dasarnya pembelajaran IPS ialah suatu program pendidikan yang merupakan suatu keseluruhan yang pada pokoknya persoalan manusia dan lingkungan alamnya, pisik maupun sosialnya yang bahannya diambil dari berbagai ilmu sosial seperti: sejarah, geografi, antropoloi, sosiologi, ilmu politik, dan sebagainya. Dari pngertian tersebut tampak jelas bahwa IPS terdiri dari himpunan pengetahuan tentang kehidupan manusia dan dari realitas kehidupan sehari-hari dalam masyarakat.
Seiring dengan hal tersebut Soemantri (Jamil:2000) mengemukakan bahwa “Pendidikan IPS adalah rekontruksi dari disiplin ilmu-ilmu sosial, humaniora, yang diorganisir dan disajian secara psikologis dan ilmiah untuk tujuan pendidikan”.
Tujuan pendidikan IPS di sekolah dasar menurut permendiknas nomor 22 tahun 2006 adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
1.   Mengenal  konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan  masyarakat dan lingkungannya
2.   Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,  inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial
3.   Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan
4.   Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.
Kosasih (Jamil:2000) menyatakan bahwa: ”Pendidikan IPS di sekolah dasar lebih menitiberatkan pada bagaimana mendidik siswa untuk mengenal, memahami dan mampu mengaplikasikan pengetahuan, keterampilan dan nilai moral dalam kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara”
Berdasarkan uraian tersebut diatas dapat dikatakan bahwa pada hakekatnya pembelajaran IPS menekankan pada penyiapan peserta didik dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah sosial di masyarakat.

C.   Model Pembelajaran Kontekstual
Salah satu kecenderungan pemikiran yang berkembang dewasa ini berkaitan dengan proses belajar anak adalah bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan secara alamiah. Menurut kecenderungan pemikiran ini, belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami sendiri apa yang dipelajarinya bukan mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi “mengingat” jangka pendek tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang.
Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL), menurut Nurhadi, dkk. (2004)  merupakan suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa  membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Proses pembelajaran akan berlangsung lebih alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan  transfer pengetahuan dari guru. Dengan konsep ini, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa untuk memecahkan persoalan,berpikir kritis, dan melaksanakan observasi serta menarik kesimpulan dalam kehidupan jangka panjangnya. Dalam konteks itu ,, siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dalam status apa mereka, dan bagaimana mencapainya.
Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah suatu konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannnya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni konstruktivisme, bertanya, menemukan, masyarakat belajar, pemodelan dan penilaian sebenarnya. Dari pengertian pembelajaran kontekstual tersebut dapat disimpulkan karakteristik pembelajaran kontekstual sebagai berikut :

a)    Kerjasama
b)    Saling menunjang
c)    Menyenangkan, tidak membosankan
d)    Belajar dengan bergairah
e)    Pembelajaran terintegrasi
f)     Menggunakan berbagai sumber
g)    Siswa aktif
h)   Sharing dengan teman

D.   Kerangka Berfikir
Di dalam kerangka berpikir ini penulis menguraikan beberapa faktor:
Hasil belajar siswa pada standar kompetensi memberikan menghargai berbagai peninggalan sejarah di lingkungan setempat (kabupaten/kota, provinsi) dan menjaga kelestariannya rendah
 
Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir

Aspek Siswa:
1)    Kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran.
2)    Kurang motivasi dan kurang perhatian terhadap pembelajaran.

 
Aspek Guru
1)     Pendekatan pembelajarannnya masih konvensional dan monoton ceramah dan pemberian contoh di papan tulis.
2)     Tidak menggunakan metode yang bervariasi dalam pembelajaran sehingga pembelajaran kurang menarik.
3)     Tidak menghubungkan dengan masalah-masalah nyata dalam pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari.

 
                            















      Hasil belajar siswa pada standar kompetensi Menghargai berbagai peninggalan sejarah di lingkungan setempat (kabupaten/kota, provinsi) dan menjaga kelestariannya meningkat
 







BAB III
METODE PENELITIAN

A.   Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) partipan, dimana peneliti berperan aktif sejak proposal penelitian, pelaksanaan penelitian, hingga penyusunan laporan.
B.   Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian rencananya akan dilaksanakan di kelas V A SDN 005 Nunukan pada semester ganjil tahun ajaran 2011/2012 bulan September sampai Oktober 2011
C.   Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah siswa kelas V A SDN 005 Nunukan dengan siswa sebanyak 32 orang terdiri dari 17 orang laki-laki dan 15 orang perempuan.
D.   Prosedur Kerja
Sesuai dengan karakteristik PTK, penelitian ini akan dilaksanakan dalam beberapa siklus. Dalam setiap siklus terdapat empat tahapan kegiatan, diantaranya: 1) Perencanaan, 2) Pelaksanaan, 3) pengamatan (observasi), dan 4) refleksi. Secara lebih detail, prosedur kerja penelitian disajikan dalam diagram alur berikut:


11
 


Gambar 2 Siklus PTK
(Dimodifikasi dari Panduan PTK Rayon 45)
















Adapun kegiatan yang dilakukan pada setiap siklus dan setiap tahapan adalah sebagai berikut:
Siklus I
1.    Perencanaan
Beberapa kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan, yaitu:
a.    Menyusun Rencana pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan pendekatan pembelajaran kontekstual.
b.    Menyusun kisi-kisi dan instrumen penelitian berupa tes kemampuan awal serta instrumen postes siklus I
c.    Menyusun lembar observasi kegiatan siswa dan guru
d.    Menyusun dan mengembangkan bahan ajar (materi ajar)
2.    Pelaksanaan
a.    Melaksanakan tes awal (pre test)
b.    Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telas disusun (RPP terlampir)
3.    Observasi
Untuk bisa mendapatkan sejumlah informasi yang akan digunakan sebagai bahan evaluasi dan refleksi maka selama pelaksanaan pembelajaran juga dilakukan pengamatan (observasi) terhadap aktivitas siswa serta interaksi yang terjadi antara siswa dengan siswa, siswa dengan media yang digunakan, serta siswa dengan guru.
4.    Refleksi
Catatan yang diperoleh dari hasil observasi selanjutnya dianalisis. Begitu juga dengan data hasil tes akhir siklus I. Kelemahan-kelemahan yang ditemukan pada proses pelaksanaan siklus I dikumpulkan untuk kemudian diperbaiki sehingga siklus II bisa lebih baik.
Siklus II
1.    Perencanaan
Hasil refleksi pada siklus I dijadikan dasar untuk melaksanakan perbaikan pelaksanaan siklus II. Oleh karena itu, kegiatan yang akan dilakukan pada perencanaan siklus II merupakan perbaikan-perbaikan dari kelemahan yang ditemukan sebelumnya. Perbaikan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a.    Menyusun Rencana pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan pendekatan pembelajaran kontekstual untuk siklus II
b.    Menyusun kisi-kisi dan instrumen penelitian berupa soal postes siklus II
c.    Menyusun lembar observasi kegiatan siswa dan guru
d.    Menyusun dan mengembangkan bahan ajar (materi ajar)
2.    Pelaksanaan
a.    Melaksanakan tes awal (pre test)
b.    Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telas disusun (RPP terlampir)
c.    Melaksanakan tes akhir (postet) siklus II
3.    Observasi
Untuk bisa mendapatkan sejumlah informasi yang akan digunakan sebagai bahan evaluasi dan refleksi maka selama pelaksanaan pembelajaran juga dilakukan pengamatan (observasi) terhadap aktivitas siswa serta interaksi yang terjadi antara siswa dengan siswa, siswa dengan media yang digunakan, serta siswa dengan guru.
4.    Refleksi
Catatan yang diperoleh dari hasil observasi selanjutnya dianalisis. Begitu juga dengan data hasil tes akhir siklus II. Kelemahan-kelemahan yang ditemukan pada proses pelaksanaan siklus II dikumpulkan untuk kemudian diperbaiki sehingga siklus III (jika ada) atau pembelajaran bisa lebih baik.

E.   Tehnik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
Sesuai dengan variabel dependen/terikat dari penelitian ini yaitu hasil belajar IPS, maka data yang akan dikumpulkan adalah data kuantitatif berupa kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah IPS yang berkaitan dengan materi menghargai berbagai peninggalan sejarah di lingkungan setempat (kabupaten/kota, provinsi) dan menjaga kelestariannya.
Oleh karena itu, tekhnik pengumpulan data yaitu dengan melaksanakan tes tertulis. Dilihat dari jenis data yang akan dikumpulkan, maka instrumen yang digunakan berupa tes. Groulund & Linn (Jero: 2011) mengemukakan bahwa tes merupakan instrumen atau prosedur sistematik untuk mengukur sampel tingkah laku yang dimiliki individu. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan Cronbach (Jero: 2011) bahwa tes juga dapat didefinisikan sebagai prosedur sistematik untuk membandingkan tingkah laku dari dua atau lebih individu.
Tes yang digunakan berupa tes uraian. Penggunaan tes uraian cukup beralasan karena memberikan indikasi yang baik untuk mengungkap prestasi yang nyata dalam belajar dan mengetahui sejauh mana siswa mendalami suatu masalah yang disajikan. Disamping itu, Gorman (Jero: 2011) menyatakan bahwa tes bentuk uraian layak dipergunakan untuk mengevaluasi kemampuan siswa dalam memecahkan masalah untuk bidang tertentu dan juga untuk mengevaluasi aspek tertentu dari proses pemecahan masalah. Tes uraian harus dijawab dengan langkah-langkah tertentu, baik yang mengikuti langkah-langkah orang lain, mengembangkan langkah sendiri, mengevaluasi, ataupun mengurangi langkah-langkah tertentu.
F.    Tehnik Analisis Data
Data hasil tes siswa dinyatakan dalam nilai rentang 0 – 100. Dari sejumlah siswa yang mengikuti tes, maka akan ditentukan rata-rata hasil tes dengan menggunakan formula berikut:
dengan,
             : Rata-rata hasil tes siswa kelas V A
      : Jumlah seluruh nilai hasil tes siswa kelas V A
               : Banyaknya siswa yang mengikuti tes

G.  Indikator Keberhasilan Penelitian
Penelitian ini dikatakan berhasil apabila minimal 85% dari selurus siswa yang mengikuti tes pembelajaran IPS sudah memenuhi KKM KD yang ditentukan yaitu 72.



DAFTAR PUSTAKA

Anita W,Sri. 2008.Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta. Universitas Terbuka.
Arikunto,S  Suhadjono. Dan Supardi.2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta PT.Bumi Aksara.
Depertemen Pendidikan Nasional. 2003. Undang - undang No.20. Tentang Sistem Pendidikan Nasional . Jakarta Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar.
Depertemen Pendidikan Nasional. 2006. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi. Jakarta Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar.
Depertemen Pendidikan Nasional. 2007. Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007 Tentang Standar Penilaian Pendidikan. Jakarta Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar.
Depertemen Pendidikan Nasional.2007. Kamus Besar Bahasa  Indonesia. Jakarta.Balai Pustaka.
Jero Budhi W. 2011 Implementasi Pendekatan Pembelajaran Problem-Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 09 Tarakan. Universitas Berneo Unpuldised.
Kusuma,W. dan Dwitagama,D. 2010. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta.PT. Indeks
Suwati 2010 Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasann Sifat-Sifat Cahaya Dengan Menggunakan Komponen Kit di Kelas V SD. 014 Tarakan. Universitas Berneo Unpuldised.
Uno.HB. 2007. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Efektif. Jakarta. PT.Bumi Aksara.


JADWAL PENELITIAN
Penelitian ini akan dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2011/2012
No
Kegiatan
Juli
Agustus
September
4
1
2
3
4
1
2
1
Penyusunan Proposal
X






2
Penyusunan Perangkat Pembelajaran

X
X




3
Pelaksanaan Penelitian


X
X
X
X

4
Penyususan Laporan






X


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengajarkan Mencari Volume Bangun Ruang Balok

Mengajarkan Mencari Volume Bangun Ruang Limas

Proposal PTK IPA Kelas III